BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
KESEHATAN merupakan salah satu aspek yang
sangat menentukan dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas seperti
yang diharapkan, mampu bersaing di era yang penuh tantangan saat ini maupun
masa yang akan datang.
Pembangunan Kesehatan ini menjadi perhatian
serius dalam masa kepemimpinan Gubernur , dan bahkan sektor ini merupakan salah
satu agenda prioritas pembangunan selain pembangunan bidang lainnya. Mencermati
aspek kesehatan dalam arti luas, maknanya tidak hanya sehat secara fisik namun
juga psikis, termasuk di dalamnya kesehatan mental yang direfleksikan dalam
inidikator kemampuan atau kecerdasan intelektual, emosional dan spritual.
Dalam konteks ini jelas, derajat kesehatan
dapat memberikan pengaruh ke berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dan harus
diakui, selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, seperti masih rendahnya
derajat kesehatan dari warga miskin, akibat rendahnya akses terhadap pelayanan
kesehatan, minimnya dana yang dialokasikan untuk menunjang program kesehatan,
beberapa penyakit menular, yang dapat menjadi ancaman utama bagi masyarakat.
Namun di masa kepemimpinan gubernur , atau selama rentang waktu 2 (dua) tahun
terakhir, periode 2006 dan semester I 2007, secara bertahap
permasalahan-permasalahan kesehatan tersebut sudah dapat diatasi, bahkan
pembangunan dalam bidang kesehatan ini telah mengalami berbagai kemajuan yang
sangat berarti. Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas Kesehatan telah
melakukan langkah-langkah peningkatan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
terpadu dan terjangkau dengan mengembangkan berbagai peningkatan sarana
kesehatan
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat
jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan
balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari MTBS?
2.
Bagaimana penilaian dan klasifikasi anak sakit?
3.
Bagaimana Proses manajemen kasus?
4.
Bagaimanakah manajemen terhadap balita sakit umur 2
bln-5 tahun?
5.
Bagaimana langkah-langtkah penentuan tindakan
pengobatan?
6.
Bagaimana pemberian pelayanan dan tindakan lanjut?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari MTBS
2. Untuk
mengetahui tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3. Untuk
mangetahui Proses manajemen kasus
4. Untuk
mengetahui manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln-5 thn
5. Untuk
mengetahui penentuan tindakan pengobatan
6. Untuk
mengetahui Pemberian konseling
7. Untuk
mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang
datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi
upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena
penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di
Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun
(tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
B. Penilaian
dan Klasifiksi Anak Sakit dalam MTBS
Penilaian
dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2 kelompok umur yaitu
:
1. Penilaian
dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
2. Penilaian
dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan
Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan
Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, berarti
anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk
balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah
berumur 5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong
bayi muda. Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda Umur 1
Hari Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda
sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).
C. Proses
Manajemen Kasus
Proses manajemen kasus disajikan
dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara
pelaksanaanya.
Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah
berikut ini :
1.
Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2
bulan-5 tahun
2.
Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
3.
Memberi konseling bagi ibu
4.
Memberi pelayanan tindak lanjut
5.
Manajemen terpadu bayi mud 1 hari sampai 2 bulan.
“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. “Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan
mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya.
Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai
diagnosis spesifik penyakit.“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
“berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan
sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga
mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus
dilakukan di rumah. “Memberi konseling bagi ibu” juga termasuk menilai cara
pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak
serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
untuk biaya ulang. “Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat
klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak
lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS,
Modul -1, 2004).
D. Manajemen
Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun
Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita
sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti
pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap penilaian dan gejala,
tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap
pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Penilaian Tanda & Gejala
Pada
penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini
yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau
muntah,kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau
kesukaran bernafas, adanya diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia
dan lain-lain.
2.
Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas,
tanda bahaya umum, tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat.
Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan
normal pernapasan 50 atau lebih permenit sedangkan frekuensi pernapasan anak
usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit.
3.
Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti
letargis atau tidak sadar, atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan
maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah
dalam tinja (berak campur darah).
4.
Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya
tanda bahaya umu, kaku kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada
kornea mata,luka pada mulut,mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi
lemah,ektremitas dingin, muntah darah,berak hitam,perdarahan hidung, perdarahan
bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.
5.
Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri
pada telinga,adanya pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang
dari 14 hari,dan lain-lain
6.
Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan
kelihatan bertambah kurus,bengkak pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status
gizi dibawa garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.
Penentuan klasifikasi dan tingkat
kegawatan
Pada
penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian
tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau
tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.
1.
Klasifikasi pneumonia
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu:
a.
Diklasifikasi pneumonia berat
apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding dada kedalam,adanya strido
b.
Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi
napas yang sangat cepat
c.
Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada
pneumonia ada hanya keluhan batuk
2.
Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan
dihindari yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a.
Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti
letargis atau tidak sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,
b.
Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda
seperti gelisah,rewet,mata cekung,haus,turgor jelek
c.
Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup
tanda adanya dehidrasi
3.
Klasifikasi diare persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya
sudah lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare
persisten berat ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila
tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.
4.
Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk
klasifikasi diare secara umum akan tetapi apabilah diarenya disertai dengan
darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah
5.
Klasifikasi resiko malaria
Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan
menjadi resiko tinggi rendah atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi
apabila darahnya merupakan resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang
beresiko,maka apabila terdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a.
Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang
dikelompokkan lagi menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan
demam apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan
klasifikasi malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius
atau lebih.
b.
Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan
lagi menjadi 3 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum
atau kaku kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam
atau campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan
flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi
tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan
demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi
demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada
kaku kuduk.
6.
Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3
yaitu :
a.
Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan
adanya tanda bahaya umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad
daerah mulut yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti
adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata
merah.
b.
Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila
ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak
apabila hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.
7.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang
kurang dri 7 hari, yaitu :
a.
DBD apabila ditemukan tanda seperti
adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptkie) adanya tanda syok seperti
extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba, muntah bercampur
darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif.
b.
Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu
hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif
jika ada sedikit ptkie
c.
Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin
bukan DBD apabila tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam.
8.
Klasifikasi Masalah Telinga
Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan
menjadi 4 bagian, yaitu :
a.
Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya
pembengkakan & nyeri di belakang telinga,
b.
Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan
atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta
adanya nyeri telinga
c.
Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan
adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14
hari lebih
d.
Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak
ditemukan gejala seperti di atas
9.
Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a.
Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila
adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya
kepucatan.
b.
Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila
ditemukan tanda sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan
menurut umur di bawah garis merah
c.
Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia
apabila tidak ada tanda seperti di atas.
E. Penentuan
Tindakan & Pengobatan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan
kelompok gejala yang ada.
1.
Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia
dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut.
Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit
sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :
a.
Berikan dosis petama antibiotika
Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim +
sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilin
b.
Lakukan rujukan segera
2.
Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat
dikelompokkan berdasarkan derjat dari dehidrasi, apabila klasfikasinya
dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
a.
Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak
dapat minum berikan oralit melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100
ml/kg ringer laktat atau NaCl
b.
Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang
status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravena
c.
Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera
setelah anak mau minum
d.
Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi
atau pada anak sesudah 3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian
ditentukan status dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
e.
Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
3.
Klasifikasi diare pesisten
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat
dehidrasi, kemudian apabila ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat
dianjurkan adalah : pilihan pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua
adalah tetrasiklin.
4.
Klasifikasi Resiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi
resiko malaria dapat ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya
adalah sbb
a.
Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat)
secara intra muskular
b.
Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja)
dengan pilihan pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah
sulfadoksin primetamin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina
(untuk anak ≤ 12 bulan)
c.
Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30
menit sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat
muntah maka ulangi pemberian klorokuin
5.
Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan
sebagai berikut :
a.
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka
tindakannya adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata
tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea,
pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat celcius),
kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau
komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
7.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi
demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila
ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah,
apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau
oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan
pra rujukan pada demam berdarah
a.
Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan
beri glukosa 5% kedalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak
diberikan cairan oralit atau cairan peroaral selama perjalan.
b.
Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb
dalam 30 menit
c.
Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi
teraba berikan cairan intra vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan
apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam
8.
Klaifikasi masalah telinga
Tindakan dan
pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain
berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol
apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.
9.
Klasifikasi status gizi
Pada
kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa
anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai
aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko
tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan
anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan
terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif
F. Pemberian Konseling
Pada pemberian konseling yang
dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun
pada umumnya adalah konseling tentang:
1.
Konseling pemberian makan pada anak
a.
Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada
anak menyatakan cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari
menetek, kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan
berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau minum yang
diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan bagaimana caranya
apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.
b.
Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu
2.
Konseling pemberian cairan selama sakit
Pada
konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu
agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan
kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang.
3.
Konseling kunjungan ulang
Pada
pemberian konseling tentang kunjungan ilang yang harus dilakukan pada ibu atau
keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang
ditentukan ibu harus segera kepetugasan kesehatan.
G. Pemberian Pelayanan
dan Tindak Lanjut
1.
Pnemonia
Pemberian tindak lanjut pada masalah
dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya
gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada
ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau suntikan
kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi nafas atau
nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga
kemudianapabila nafas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika
sampai 5 hari.
2.
Diare persistem
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5
hari dengan cara mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan
tindak lanjut adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti
maka makan sesuai umur.
3.
Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan
sesudah 2 hari dengan mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang
tanda disentri apabila anak masi mengalami disentri maka lakukan tindakan
sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya.
4.
Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan
sesudah 2 hari apabila demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian
sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau
kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap.
5.
Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini
dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala
yang pernah dimilikinya apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada
keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah
benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar.
6.
Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan
sesudah 2 hari dengan melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila
ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui
dengan pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan
tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan
pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan
tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan
demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
7.
Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini
dilakukan sesudah 5 hari dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang
ada,apabilah pada waktukunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang
telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan,dan apabilah masih
terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan
antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar
anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau
tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
suatu pendekatan pelayanan terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh
WHO.Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan balita pada
tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek
kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai
bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak.Pemberian
antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat dan dapat membatasi
beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya pengobatan.Melihat
keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia termasuk salah
satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan Indonesia sekarang sudah
sampai tahap pemantapan implementasi.
B. Saran
Demikianlah
makalah ini kami sampaikan.
Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin
dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai
penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
daftar pustakanya ko gak ada
BalasHapusDaftar pustaka nya kok nggak ada
BalasHapus