Kamis, 25 Januari 2018

BUDIDAYA JERNANG



BUDIDAYA tanaman JERNANG

       Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007   tentang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran menjaga dan memelihara kawasan hutan, serta meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan hutan melalui HHBK.
Getah Jernang merupakan salah satu produk HHBK yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi sebagai komoditas ekspor. Dalam dunia perdagangan, produk ini dikenal dengan nama Dragon’s Blood Kino, Red Benzoin, Sanguis Draconis, Indois, Sang Dragon, atau Ostindisches Drachenblut.
Di beberapa daerah di Indonesia, getah jernang dikenal dengan nama yang berbeda, antara lain Limbayung (Sumatera Barat), Jernang Mundai, Jernang Beruang, Jernang Kuku, Jernang Huar, Jernang Seronang, Jernang Uhan (Kalimantan), Getih Badak (Banten), dan Getih Warok (Jawa).
Potensi produksi Getah Jernang semakin menurun bahkan cendrung semakin langka karena pola produksi yang tidak lestari dan adanya pengembangan tanaman perkebunan yang sangat ekspansif. Selain itu populasi Rotan Jernang dari tahun ke tahun semakin berkurang, karena tidak berlangsungnya sistem regenerasi alami secara optimal dan pola panen produksi buah dilakukan dengan cara menebang pohon.
Di Indonesia usaha Getah Jernang baru dikenal dan diminati masyarakat pada awal tahun 2005. Getah jernang umumnya dihasilkan dari buah rotan Daemonorops draco BL.
Harga Getah Jernang di tingkat petani dipasaran local sebesar Rp. 400.000 – 800.000 per kg. Di pasaran luar negeri, seperti Singapura harga sebesar US $ 300 per kg. Semula pemasaran getah jernang dari petani kepada pengusaha yang memberikan sejumlah modal kepada petani untuk mencari dan mengolah Getah Jernang. Saat ini petani mengusahakan sendiri dan langsung menjual hasilnya kepada pedangang pengumpul.
Memperhatikan potensi rotan jernang di Indonesia yang semakin menurun, sementara prospek pasar getah jernang cukup mengiurkan, maka perlu dilakukan upaya untuk membangun kembali produksi getah jernang melalui kegiatan budidaya rotan jernang.

 

MENGENAL TANAMAN ROTAN JERNANG

A.    Klasifikasi dan Marfologi Tanaman
       Rotan termasuk tumbuhan hutan dari family Arecaceae. Klasifikasi rotan (Daemonorops sp) adalah sebagai berikut :
Kingdom                     : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom              : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi               : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisi                           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                           : Liliopsida (berkeping satu/ monokotil)
Sub Kelas                   : Arecidae
Ordo                            : Arecales
Famili                          : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus                          : Daemonorops
Spesies                        : Daemonorops didymophylla Becc, D. draco BL,
                                        D. draconcellus BECC

       Dari 530 jenis rotan didunia, sebanyak 316 jenis terdapat dihutan Indonesia. Di wilayah hutan Sumatera terdapat 132 jenis, Jawa 29 jenis.
       Rotan jernang (Daemonorops sp) biasanya tumbuh dengan membentuk rumpun, memanjat hingga ketinggian 30 m tergantung dari tinggi pohon yang menjadi inang/tempat merambat. Batang rotan jernang langsing dan fleksibel berdiameter 2-3 cm dipenuhi duri-duri kecil dan tajam. Daun rotan jernang berwarna hijau terdiri dari helaian anak daun yang tersusun berpasang-pasangan, permukaan bagian bawah daun sedikit cekung.
       Rotan jernang mulai berbuah pada usia 2 tahun, akan tetapi baru menghasilkan getah jernang setelah berumur 5 tahun. Tanaman rotan jernang berbuah dua kali setahun, yaitu pada bulan April dan September. Buah rotan jernang seperti buah rotan pada umumnya, yaitu bulat kecil-kecil berkumpul seperti buah salak.
       Buah rotan jernang menghasilkan resin/Getah Jernang yang berbentuk padat, mengkilat, bening atau kusam, rapuh dan mudah meleleh bila dipanaskan, mudah terbakar, mengeluarkan asap dan bau yang khas. Resin dari getah jernang termasuk dalam kelompok resin keras, berwarna merah, berbentuk amorf, berat jenis 1.18 – 1.20, titik cair sekitar 120oC, larut dalam alcohol eter, minyak lemak dan minyak atsiri. Sebagaian larut dalam kloroform, etil asetat, petroleum spiritus dan karbon disulfide.

B.   Potensi dan Penyebaran
       Tanaman rotan jernang (Daemonorops sp) terdapat di Indonesia, Malaysia dan India. Potensi rotan jernang di Indonesia terbesar di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Sumatera, rotan jernang dapat dijumpai di Provinsi Aceh, Riau dan Jambi. Sedang di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dengan kata lain pohon rotan jernang pada umumnya masih terdapat dihutan alam dan hutang lindung. Sedang saat ini keberadaanya di Jawa sudah sulit ditemukan.
       Data jenis rotan jernang dan lokasi penyebarannya tercantum dalam Tabel 1, sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis dan Lokasi Penyebaran Rotan Jernang (Daemonorops sp) di Indonesia
No.
Jenis
Lokasi Penyebaran
Keterangan
1.
D. didymophyllus BECC
Sumatera
Buah kecil-kecil dan sedikit menghasilkan getah
2.
D. draco BL
Sumatera, Kalimantan
Buah Besar
3.
D. draconcellus BECC
Kalimantan
Menghasilkan getah jernang dengan kualitas terbaik
4.
D. mattanensis BECC
Kalimantan
Getah jernangnya hanya sedikit
5.
D. motley BECC (Jernang Laki)
Kalimantan
Buah-buahnya sangat kaya jernang, bermutu tinggi
6.
D. rubber BL (Jernang howe pelah)
Jawa dan Sumatera
Sebagai pewarna batang rotan yang telah dikupas supaya berwarna merah

       Hingga saat ini tanaman rotan jernang belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Sehingga produksi getah jernang sangat tergantung dari tanaman yang tumbuh liar dihutan alam. Di Sumatera, rotan jernang masih dapat ditemui di Taman Nasional (TN) Gunung Leuser, TN Bukit Tiga Puluh dan TN Bukit Dua Belas.
       Sementara di Kalimantan setidaknya ada 3 jenis rotan penghsil getah jernang yaitu :
1.      Rotan jernang mundai, buah berukuran kecil dan mutu paling baik, tetapi jarang didapati;
2.      Rotan jernang beruang, buah berukuran sedang;
3.      Rotan jernang kuku, buah berukuran besar.

C.     Sifat Fisika dan Kimia Getah Jernang
       Buah rotan jernang (Daemonorops sp.) pada saat tua mengandung getah/ damar/ resin berwarna kemerah-merahan. Getah berasal dari lapisan rapuh pada permukaan buah yang telah dewasa.
       Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), sifat fisika dan kimia getah jernang antara lain :
1.      Kadar air 3-6%. Untuk meningkatkan kualitas jernang berkadar air tinggi dapat dilakukan dengan penjemuran/ pengeringan buah rotan jernang sebelum di ekstraksi.
2.      Kadar kotoran 14-39%. Kadar kotoran dapat diturunkan dengan cara menumbuk buah dengan hati-hati dan menentukan waktu yang tepat  berhenti menumbuk.
3.      Kadar abu 8-20%,
4.      Titik leleh 80-120 oC .
       Komponen kimia utama pada resin yang dihasilkan buah jernang adalah resin ester dan dracoresino tannol (57-82%). Selain itu resin berwarna merah tersebut juga mengandung senyawa-senyawa seperti Dracoresene (14%), Dracoalban (hingga 2,5%), resin tak larut (0,3%), residu (18,4%), Asam Benzoat, Asam Benzoilasetat, Drachodin dan beberapa pigmen terutama nordracorhodin dan nordracorubin.

D.    Manfaat / Kegunaan
       Getah jernang banyak digunakan sebagai bahan baku baik di dunia kesehatan maupun perindustrian sebagai berikut :
1.      Bahan baku obat-obatan : obat diare, disentri, pembeku darah akibat luka, sakit gigi, asma, sipilis dan berkhasiat aphrodisiac (meningkatkan libido)
2.      Bahan baku pewarna vernis, keramik, porselen, marmer, batu, kayu, rotan, bamboo, cat dan kertas;
3.      Bahan penyamakan kulit;
4.      Bahan baku kosmetik/ lipstick dll.

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN JERNANG
A.    Syarat Tumbuh
       Tanaman rotan jernang tumbuh baik pada ketinggian 150-200 m dpl pada tanah podsolik merah kuning (PMK). Suhu udara optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 22-32 oC, kelembaban nisbi rata-rata 81%, intensitas cahaya sekitar 56% dan curah hujan 1.450-2000 mm/th, dengan bulan kering dan bulan basah masing-masing 5 bulan.

B.     Pemilihan Benih
       Benih rotan jernang dikumpulkan dari pohon induk dan buah yang matang alami di pohon. Tanda buah telah masak dipohon dapat diketahui melalui banyaknya sisa kulit buah setelah dimakan binatang (tupai, kera) yang berserakan dibawah pohon. Buah yang telah dipanen disimpan dalam karung dan diberi perlakuan khusus, agar kulit dan daging buah mudah dibersihkan (lunak).
       Benih rotan jernang memiliki kondisi struktur benih tidak berbeda jauh dengan jenis rotan yang lain. Benih akan tumbuh didahului dengan menonjolnya badan embrio dari badan benih sebagai bentuk bertambahnya jumlah sel. Selanjutnya terdiferensiasinya sel menghasilkan akar primer (radicula) yang bergerak kebawah (geotropis) dan setelah akar tumbuh dan  berperan dalam penyerapan hara, akan diikuti dengan terdiferensiasinya calon tunas batang (plumula) yang akan bergerak keatas (fototropis) untuk mencari cahaya.
       Badan embrio benih rotan terlindungi oleh lempeng katup (plug) yang cukup keras, sehingga untuk merangsang masuknya kadar air kedalam embrio diperlukan perlakuan perendaman dalam air.
       Perlakuan perendaman benih dengan air selama 2 jam, secara teknis mampu mematahkan fungsi katup embrio sebagai pelindung. Sehingg secara fisiologis terbukti kadar air yang masuk kedalam embrio benih meningkatkan prosentase tumbuh lebih baik hingga 88%.

C.     Teknik Perkecambahan
       Teknik perkecambahan buah rotan jernang dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu :
1.      Menggunakan bedeng/ bak tabor
Benih bersih ditebarkan dalam bedeng atau bak tabur dengan media kompos organik dan sekam padi dengan perbandingan 2 : 1. Setelah 30-45 hari, benih akan berkecambah dan menghasilkan akar serta calon tunas.
2.      Teknik penyekapan
Benih bersih direndam 2x24 jam dan ditiriskan, masukkan kedalam kantung plastik bening dan disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Dalam waktu 15-55 hari akan tumbuh kecambah dan menghasilkan tunas serta akar primer.
Perlakuan perendaman dengan Atonik dosis 10 ppm selama 2 jam menghasilkan persen tumbuh benih yang baik rata-rata 92%.

D.    Perseiapan Media Pembibitan
       Media pembibitan adalah campuran media tanah dengan kompos organic (1:2) dengan pemberian NPK sebanyak 5 gram. Dengan media tersebut, menghasilkan persen tumbuh bibit > 90%.
       Dalam proses pemeliharaan semai setelah dipindah kedalam media tanam pada polibag, peran dosis NPK dan interaksi dengan jenis media berpengaruh sangat nyata terhadap persen pertumbuhan bibit rotan jernang.
       Pemberian pupuk dengan kandungan unsure utama (NPK) pada dosis tepat memberikan respon positif terhadap kualitas pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk kimia dan pupuk organik pada dosis yang tepat akan menghasilkan interaksi peran yang menguntungkan dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman.
       Kompos organik dengan C/N ratio 10-20 ideal digunakan untuk membantu tersedianya hara bagi pertumbuhan bibit tanaman sebelum dipindahkan kelapangan. Dengan bahan dasar kompos dari tumbuhan dengan komposisi serat tinggi akan menghasilkan struktur media tumbuh yang remah dan berperan optimal dalam pertukaran oksigen serta menghasilak kelembaban media yang dibutuhkan tanaman, sehingga daya serap akar akan lebih mudah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.


E.     Pembuatan Pembibitan
       Kecambah yang telah dipindahkan dalam polibag disimpan dalam bedeng sapih hingga siap tanam. Pemeliharaan khusus berupa penyiraman minimal 2-3 hari sekali dan bibit siap tanam setelah bibit berada di pembibitan selama 6-9 bulan.

F.      Penanaman
      Lahan yang digunakan untuk budidaya rotan jernang tidak memerlukan pengolahan secara intensif. Penentuan letak tanam memperhatikan letak pohon untuk merambat rotan. Karena sesuai sifat fisiologis rotan dan karakter fisik serta pertumbuhannya, rotan jernang membutuhkan tegakan atau pohon yang akan berperan sebagai tempat merambat. Sehingga jarak tanam rotan jernang menyesuaikan dengan jarak tanam tegakan pohon yang telah ada.
       Dengan memperhatikan sifat/karakteristik tersebut, maka lahan penanaman untuk mengembangkan rotan jernang adalah :
1. Hutan sekunder atau hutan bekas tebangan berumur sekitar 3 tahun pasca penebangan/produksi.
2. Hutan tanaman kayu pertukangan, setelah pohon berumur 7-10 tahun dengan tinggi pohon sekitar 10 m.
3.   Hutan tanaman/kebun karet rakyat, berumur sekitar 5-7 tahun memiliki tinggi pohon sekitar 10 m.
       Populasi tanaman rotan jernang per hektar berkisar antara 500-800 rumpun tanaman.

G.    Pemeliharaan Tanaman
       Pemeliharaan tanaman rotan jernang dilakukan hingga tanaman berumur 2 tahun sejak penanaman dilapangan, dengan kegiatan sebagai berikut :
·         Penyiangan dan pendangiran
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman hingga radius 0,5 m mengelilingi tanaman. Bersama dengan itu, perlu dilakukan pendangiran tanah sekitar tanaman agar gembur sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman secara optimal.
Dalam melakukan pendangiran harus hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.
·         Pemupukan
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dari rotan jernang, perlu dilakukan pemupukan 2 kali per tahun, yaitu pada awal dan akhir musim penghujan. Pada tanaman dengan usia < 2 tahun, diperlukan ½-1 sendok makan urea atau ZA per tanaman, ditaburkan kedalam rorak/lubang yang dibuat di sekeliling tanaman rotan jernang.
Sedangkan untuk tanaman yang sudah dewasa/siap berproduksi, diperlukan 250-500 mg pupuk NPK per tanaman. Disamping itu dapat juga ditambahkan dengan pupuk kandang/ kompos.
·         Pemangkasan
Pemangkasan/pruning dilakukan terhadap pohon tempat merambat tanaman rotan jernang. Yaitu dengan cara memangkas cabang-cabang pohon tempat merambat, sehingga tanaman rotan jernang mendapat intensitas cahaya matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan secara periodik hingga tanaman rotan jernang berumur 2-4 tahun.
·         Pengendalian Hama/Penyakit
Penyakit tanaman yang sering menyerang rotan jernang, antara lain penyakit busuk leher batang dan bercak kecoklatan yang sering dijumpai pada bibit tanaman di pesemaian. Untuk mencegahnya dilakukan dengan cara menghindari terjadinya genangan air disekitar titik tanam atau dengan melakukan penyemprotan fungisida seminggu sekali.
Sementara itu hama yang perlu diwaspadai adalah penggerek batang/pucuk (Rynchophorus dan Macrocyrus) dan penggerek pucuk (Artona catoxantha) serta hama kumbang daun.

PANEN DAN PASCA PANEN

A.    Waktu Panen
       Buah rotan jernang panen pertama  kali pada umur 5-7 tahun. Rotan jernang berbuah sepanjang tahun, akan tetapi panen raya berlangsung antara bulan September-Oktober. Di sekitar ruas batang akan keluar sekumpulan tangkai buah. Satu pohon akan memiliki 5-8 tangkai buah. Satu batang tanaman rotan pada usia produktif dapat menghasilkan buah 10 kg.
B.     Cara Pemanenan
       Pemungutan buah rotan jernang dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan cara dilunduh, dan dikumpulkan dalam wadah. Pemanenan buah rotan jernang dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan galah atau memanjat pohon tempat rotan tersebut merambat.
       Buah rotan jernang dipanen saat buah belum masak penuh, atau kira-kira berumur 3 bulan sejak terjadinya penyerbukan. Buah siap panen masih diselimuti kulit buah dan belum sampai puncak matang buah dengan ciri warna kemerahan.


C.     Pengolahan Pasca Panen
       Proses pengolahan buah rotan jernang hingga menghasilkan getah jernang/resin dapat dilakukan dengan cara basah dan kering. Pengolahan getah jernang secara tradisional biasannya membutuhkan waktu 4-5 hari.
       Buah rotan setengah tua hasil panen diangin-anginkan selama 3 hari. Selain itu buah dimasukkan kedalam keranjang untuk ditumbuk. Setelah ditumbuk dan keluar serbuk getahny ditampung dalam plastik. Rendemen yang dihasilkan sekitar 20%, dimana 5 kg buah rotan jernang dapat menghasilkan getah sebannyak 1 kg. Pada umumnya diperlukan 7-8 kg buah rotan jernang.
       Secara lebih rinci, metode sederhana pengolahan getah jernang dengan cara basah, cara kering I dan cara kering II, adalah sebagai berikut :
·         Pengolahan getah jernang cara basah
Pengolahan getah jernang cara basah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-          Buah rotan jernang yang terkumpul tanpa tandan dimasukkan dalam keranjang.
-          Keranjang yang telah diisi buah jernang dimasukkan kedalam kaleng yang telah diisi air.
-          Buah rotan jernang dalam kaleng tersebut ditumbuk pelan-pelan sehingga getah jernang keluar dan mengendap didasar kaleng.
-          Air dalam kaleng dibuang dan getah jernang yang mengendap diambil, kemudian dijemur beberapa hari atau dipanasi dengan api. Biasanya sebelum dikeringkan getah jernang dibentuk menjadi pipi agak kecil agar mudah kering.
-          Setelah kering, getah jernang disortir menurut besarnya. Kemudian dipak dengan dedaunan dan disimpan atau langsung dijual.
·         Pengolahan getah jernang cara kering I
Pengolahan getah jernang cara kering I dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-          Buah rotan jernang yang terkumpul dan dilepas dari tandannnya dijemur pada panas matahari selama 3 hari atau sampai buahnnya mengkerut.
-          Buah yang sudah kering dan mengkerut ditumbuk agar getahnya keluar.
-          Getah jernang yang keluar diayak dan disiram air panas sehingga berbentuk adonan.
·         Getah jernang yang telah membentuk adonan dibuat sortimenn sesuai dengn keinginan (silinder, bulat kecil, pipih dan lain-lain).
·         Pengolahan getah jernang cara kering II
Pengolahan getah jernang cara kering 2 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-        Buah rotan jernang dijemur pada panas matahari selama 3-4 hari sampai kering dan mengkerut.
-    Buah yang telah kering dimasukkan dalam keranjang dan dicampur dalam kulit kerang.
-     Keranjang yang berisi buah jernang tersebut digantung setinggi kurang lebih 1 m, kemudian diguncang-guncang. Akibat guncangan tersebut, maka bagian partikel yang kecil-kecil akan jatuh dan ditampung dengan tikar atau wadah yang lain.
-      Partikel yang terkumpul dimasukkan dalam kantong yang terbuat dari kain, kemudian dimasukkan dalam air panas dan ditekan untuk mendapatkan gumpalan getah jernang.
-      Gumpalan getah jernang dikeluarkan dan dijemur atau dibiarkan sampai mengeras, kemudian dibungkus dan dijual.


ANALISIS USAHA TANI BUDIDAYA ROTAN JERNANG

Analisis usahatani budidaya rotan jernang untuk luasan 1 ha, adalah sebagai berikut :
A.    Biaya
       Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam budidaya rotan jernang adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis-Jenis Biaya dalam Budidaya Rotan Jernang
No
Uraian Kegiatan
Jlh
Unit
Biaya Satuan (Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
I.
PEMBIBITAN




1.
Pembelian Bibit
500
Biji
800
400.000
2.
Polibag(12x15) cm
8
Kg
15.000
120.000
3.
Cairan perangsang tumbuh (atonik 300 ml)
1
Botol
50.000
50.000
4.
Paranet 65%
2
M
15.000
30.000
5.
Pembuatan pagar
1
Paket
300.000
300.000
6.
Upah pembuatan pagar
1
Paket
50.000
50.000
7.
Upah pengisian media dan tanam
500
Buah
250
125.000
8.
Plastik kaca
1
Kg
8.000
8.000

JUMLAH I



1.083.000
II.
PERSIAPAN LAHAN




9.
Upah pembersihan lahan
1
Ha
300.000
300.000
10.
Upah ajir & pemb lubang tanam
1
Ha
300.000
300.000
11.
Upah penanaman
1
Ha
300.000
300.000

JUMLAH II



900.000
III.
PEMELIHARAAN




12.
Upah penyiangan selama 6 tahun
6
Kali
250.000
1.500.000
13.
Pemupukan I
250
Kg
4.000
1.000.000
14.
Pemupukan II
250
Kg
4.000
1.000.000
15.
Upah pemupukan
2
Kali
250.000
500.000
16.
Kawat duri
500
M
2.000
1.000.000

JUMLAH III



5.000.000
IV.
PEMANENAN




17.
Upah panjat
2
OH
300.000
600.000

JUMLAH IV



600.000
V.
PERSIAPAN ALAT




18.
Gerobak dorong
10
Buah
190.000
1.900.000
19.
Temblang
15
Buah
10.000
150.000
20.
Sprayer
1
Buah
300.000
300.000
21.
Pompa air
1
Buah
500.000
500.000

JUMLAH V



2.850.000

TOTAL BIAYA



10.433.000

B.     Penerimaan
       Dengan asumsi harga getah jernang kualitas 1 (meson) Rp. 550.000 per kg dan kualitas 2 (cengkarok) Rp. 250.000 per kg, maka untuk setiap 1 ha lahan diperoleh penerimaan :
1.      Kualitas 1          : 100 kg x Rp. 550.000 = Rp. 55.000.000,-
2.      Kualitas 2          : 100 kg x Rp. 250.000 = Rp. 25.000.000,-
                                                                    Jumlah  = Rp. 80.000.000,-
C.     Pendapatan
Pendapatan       = Penghasilan – Biaya
                           = Rp (80.000.000 – 10.433.000)
                           = Rp. 69.567.000,-
       Bedasarkan perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan dari usaha budidaya rotan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bencana Alam versi Hollywood

10 BENCANA ALAM VERSI HOLLYWOOD Bencana Alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak kerusakan yang besar bagi kehidupa...