BUDIDAYA tanaman JERNANG
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran menjaga dan memelihara
kawasan hutan, serta meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan hutan
melalui HHBK.
Getah Jernang merupakan salah satu
produk HHBK yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi sebagai komoditas ekspor.
Dalam dunia perdagangan, produk ini dikenal dengan nama Dragon’s Blood Kino,
Red Benzoin, Sanguis Draconis, Indois, Sang Dragon, atau Ostindisches
Drachenblut.
Di beberapa daerah di Indonesia, getah
jernang dikenal dengan nama yang berbeda, antara lain Limbayung (Sumatera
Barat), Jernang Mundai, Jernang Beruang, Jernang Kuku, Jernang Huar, Jernang
Seronang, Jernang Uhan (Kalimantan), Getih Badak (Banten), dan Getih Warok
(Jawa).
Potensi produksi Getah Jernang semakin
menurun bahkan cendrung semakin langka karena pola produksi yang tidak lestari
dan adanya pengembangan tanaman perkebunan yang sangat ekspansif. Selain itu
populasi Rotan Jernang dari tahun ke tahun semakin berkurang, karena tidak
berlangsungnya sistem regenerasi alami secara optimal dan pola panen produksi
buah dilakukan dengan cara menebang pohon.
Di Indonesia usaha Getah Jernang baru
dikenal dan diminati masyarakat pada awal tahun 2005. Getah jernang umumnya
dihasilkan dari buah rotan Daemonorops draco BL.
Harga Getah Jernang di tingkat petani
dipasaran local sebesar Rp. 400.000 – 800.000 per kg. Di pasaran luar negeri,
seperti Singapura harga sebesar US $ 300 per kg. Semula pemasaran getah jernang
dari petani kepada pengusaha yang memberikan sejumlah modal kepada petani untuk
mencari dan mengolah Getah Jernang. Saat ini petani mengusahakan sendiri dan
langsung menjual hasilnya kepada pedangang pengumpul.
Memperhatikan potensi rotan jernang di
Indonesia yang semakin menurun, sementara prospek pasar getah jernang cukup
mengiurkan, maka perlu dilakukan upaya untuk membangun kembali produksi getah
jernang melalui kegiatan budidaya rotan jernang.
MENGENAL
TANAMAN ROTAN JERNANG
A.
Klasifikasi dan Marfologi Tanaman
Rotan termasuk tumbuhan hutan dari
family Arecaceae. Klasifikasi rotan (Daemonorops sp) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
Biji)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping
satu/ monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku
pinang-pinangan)
Genus : Daemonorops
Spesies : Daemonorops
didymophylla Becc, D. draco BL,
D. draconcellus BECC
Dari 530 jenis rotan didunia, sebanyak
316 jenis terdapat dihutan Indonesia. Di wilayah hutan Sumatera terdapat 132
jenis, Jawa 29 jenis.
Rotan jernang (Daemonorops sp)
biasanya tumbuh dengan membentuk rumpun, memanjat hingga ketinggian 30 m
tergantung dari tinggi pohon yang menjadi inang/tempat merambat. Batang rotan
jernang langsing dan fleksibel berdiameter 2-3 cm dipenuhi duri-duri kecil dan
tajam. Daun rotan jernang berwarna hijau terdiri dari helaian anak daun yang
tersusun berpasang-pasangan, permukaan bagian bawah daun sedikit cekung.
Rotan jernang mulai berbuah pada usia 2
tahun, akan tetapi baru menghasilkan getah jernang setelah berumur 5 tahun.
Tanaman rotan jernang berbuah dua kali setahun, yaitu pada bulan April dan
September. Buah rotan jernang seperti buah rotan pada umumnya, yaitu bulat
kecil-kecil berkumpul seperti buah salak.
Buah rotan jernang menghasilkan
resin/Getah Jernang yang berbentuk padat, mengkilat, bening atau kusam, rapuh
dan mudah meleleh bila dipanaskan, mudah terbakar, mengeluarkan asap dan bau
yang khas. Resin dari getah jernang termasuk dalam kelompok resin keras,
berwarna merah, berbentuk amorf, berat jenis 1.18 – 1.20, titik cair sekitar
120oC, larut dalam alcohol eter, minyak lemak dan minyak atsiri.
Sebagaian larut dalam kloroform, etil asetat, petroleum spiritus dan karbon
disulfide.
B. Potensi
dan Penyebaran
Tanaman rotan jernang (Daemonorops sp)
terdapat di Indonesia, Malaysia dan India. Potensi rotan jernang di Indonesia
terbesar di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Sumatera, rotan jernang dapat
dijumpai di Provinsi Aceh, Riau dan Jambi. Sedang di
Kalimantan, terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan. Dengan kata lain pohon rotan jernang pada umumnya masih terdapat
dihutan alam dan hutang lindung. Sedang saat ini keberadaanya di Jawa sudah
sulit ditemukan.
Data jenis rotan jernang dan lokasi
penyebarannya tercantum dalam Tabel 1, sebagai berikut :
Tabel
1. Jenis dan Lokasi Penyebaran Rotan Jernang (Daemonorops sp) di Indonesia
No.
|
Jenis
|
Lokasi
Penyebaran
|
Keterangan
|
1.
|
D. didymophyllus BECC
|
Sumatera
|
Buah kecil-kecil dan
sedikit menghasilkan getah
|
2.
|
D. draco BL
|
Sumatera, Kalimantan
|
Buah Besar
|
3.
|
D. draconcellus BECC
|
Kalimantan
|
Menghasilkan getah
jernang dengan kualitas terbaik
|
4.
|
D. mattanensis BECC
|
Kalimantan
|
Getah jernangnya hanya
sedikit
|
5.
|
D. motley BECC (Jernang Laki)
|
Kalimantan
|
Buah-buahnya sangat kaya
jernang, bermutu tinggi
|
6.
|
D. rubber BL (Jernang howe pelah)
|
Jawa dan Sumatera
|
Sebagai pewarna batang
rotan yang telah dikupas supaya berwarna merah
|
Hingga saat ini tanaman rotan jernang
belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Sehingga produksi getah jernang
sangat tergantung dari tanaman yang tumbuh liar dihutan alam. Di Sumatera,
rotan jernang masih dapat ditemui di Taman Nasional (TN) Gunung Leuser, TN Bukit
Tiga Puluh dan TN Bukit Dua Belas.
Sementara di Kalimantan setidaknya ada 3
jenis rotan penghsil getah jernang yaitu :
1.
Rotan
jernang mundai, buah berukuran kecil dan mutu paling baik, tetapi jarang
didapati;
2.
Rotan
jernang beruang, buah berukuran sedang;
3.
Rotan
jernang kuku, buah berukuran besar.
C.
Sifat Fisika dan Kimia Getah Jernang
Buah rotan jernang (Daemonorops sp.)
pada saat tua mengandung getah/ damar/ resin berwarna kemerah-merahan. Getah
berasal dari lapisan rapuh pada permukaan buah yang telah dewasa.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI), sifat fisika dan kimia getah jernang antara lain :
1.
Kadar
air 3-6%. Untuk meningkatkan kualitas jernang berkadar air tinggi dapat
dilakukan dengan penjemuran/ pengeringan buah rotan jernang sebelum di
ekstraksi.
2.
Kadar
kotoran 14-39%. Kadar kotoran dapat diturunkan dengan cara menumbuk buah dengan
hati-hati dan menentukan waktu yang tepat
berhenti menumbuk.
3.
Kadar
abu 8-20%,
4.
Titik
leleh 80-120 oC .
Komponen kimia utama pada resin yang
dihasilkan buah jernang adalah resin ester dan dracoresino tannol (57-82%).
Selain itu resin berwarna merah tersebut juga mengandung senyawa-senyawa
seperti Dracoresene (14%), Dracoalban (hingga 2,5%), resin tak larut (0,3%),
residu (18,4%), Asam Benzoat, Asam Benzoilasetat, Drachodin dan beberapa pigmen
terutama nordracorhodin dan nordracorubin.
D.
Manfaat / Kegunaan
Getah jernang banyak digunakan sebagai
bahan baku baik di dunia kesehatan maupun perindustrian sebagai berikut :
1.
Bahan
baku obat-obatan : obat diare, disentri, pembeku darah akibat luka, sakit gigi,
asma, sipilis dan berkhasiat aphrodisiac (meningkatkan libido)
2.
Bahan
baku pewarna vernis, keramik, porselen, marmer, batu, kayu, rotan, bamboo, cat
dan kertas;
3.
Bahan
penyamakan kulit;
4.
Bahan
baku kosmetik/ lipstick dll.
TEKNIK BUDIDAYA ROTAN JERNANG
A.
Syarat Tumbuh
Tanaman rotan jernang tumbuh baik pada
ketinggian 150-200 m dpl pada tanah podsolik merah kuning (PMK). Suhu udara
optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 22-32 oC, kelembaban
nisbi rata-rata 81%, intensitas cahaya sekitar 56% dan curah hujan 1.450-2000
mm/th, dengan bulan kering dan bulan basah masing-masing 5 bulan.
B.
Pemilihan Benih
Benih rotan jernang dikumpulkan dari
pohon induk dan buah yang matang alami di pohon. Tanda buah telah masak dipohon
dapat diketahui melalui banyaknya sisa kulit buah setelah dimakan binatang
(tupai, kera) yang berserakan dibawah pohon. Buah yang telah dipanen disimpan
dalam karung dan diberi perlakuan khusus, agar kulit dan daging buah mudah
dibersihkan (lunak).
Benih rotan jernang memiliki kondisi
struktur benih tidak berbeda jauh dengan jenis rotan yang lain. Benih akan
tumbuh didahului dengan menonjolnya badan embrio dari badan benih sebagai
bentuk bertambahnya jumlah sel. Selanjutnya terdiferensiasinya sel menghasilkan
akar primer (radicula) yang bergerak kebawah (geotropis) dan setelah akar
tumbuh dan berperan dalam penyerapan
hara, akan diikuti dengan terdiferensiasinya calon tunas batang (plumula) yang
akan bergerak keatas (fototropis) untuk mencari cahaya.
Badan embrio benih rotan terlindungi oleh
lempeng katup (plug) yang cukup keras, sehingga untuk merangsang masuknya kadar
air kedalam embrio diperlukan perlakuan perendaman dalam air.
Perlakuan perendaman benih dengan air
selama 2 jam, secara teknis mampu mematahkan fungsi katup embrio sebagai
pelindung. Sehingg secara fisiologis terbukti kadar air yang masuk kedalam
embrio benih meningkatkan prosentase tumbuh lebih baik hingga 88%.
C.
Teknik Perkecambahan
Teknik perkecambahan buah rotan jernang
dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu :
1.
Menggunakan
bedeng/ bak tabor
Benih
bersih ditebarkan dalam bedeng atau bak tabur dengan media kompos organik dan
sekam padi dengan perbandingan 2 : 1. Setelah 30-45 hari, benih akan
berkecambah dan menghasilkan akar serta calon tunas.
2.
Teknik
penyekapan
Benih
bersih direndam 2x24 jam dan ditiriskan, masukkan kedalam kantung plastik
bening dan disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara
langsung. Dalam waktu 15-55 hari akan tumbuh kecambah dan menghasilkan tunas serta
akar primer.
Perlakuan perendaman dengan
Atonik dosis 10 ppm selama 2 jam menghasilkan persen tumbuh benih yang baik
rata-rata 92%.
D.
Perseiapan Media Pembibitan
Media pembibitan adalah campuran media
tanah dengan kompos organic (1:2) dengan pemberian NPK sebanyak 5 gram. Dengan
media tersebut, menghasilkan persen tumbuh bibit > 90%.
Dalam proses pemeliharaan semai setelah
dipindah kedalam media tanam pada polibag, peran dosis NPK dan interaksi dengan
jenis media berpengaruh sangat nyata terhadap persen pertumbuhan bibit rotan
jernang.
Pemberian pupuk dengan kandungan unsure
utama (NPK) pada dosis tepat memberikan respon positif terhadap kualitas
pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk kimia dan pupuk organik pada dosis yang
tepat akan menghasilkan interaksi peran yang menguntungkan dalam proses
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kompos organik dengan C/N ratio 10-20
ideal digunakan untuk membantu tersedianya hara bagi pertumbuhan bibit tanaman
sebelum dipindahkan kelapangan. Dengan bahan dasar kompos dari tumbuhan dengan
komposisi serat tinggi akan menghasilkan struktur media tumbuh yang remah dan
berperan optimal dalam pertukaran oksigen serta menghasilak kelembaban media
yang dibutuhkan tanaman, sehingga daya serap akar akan lebih mudah dalam
mendukung pertumbuhan tanaman.
E.
Pembuatan Pembibitan
Kecambah yang telah dipindahkan dalam
polibag disimpan dalam bedeng sapih hingga siap tanam. Pemeliharaan khusus
berupa penyiraman minimal 2-3 hari sekali dan bibit siap tanam setelah bibit
berada di pembibitan selama 6-9 bulan.
F.
Penanaman
Lahan yang digunakan untuk budidaya rotan
jernang tidak memerlukan pengolahan secara intensif. Penentuan letak tanam
memperhatikan letak pohon untuk merambat rotan. Karena sesuai sifat fisiologis
rotan dan karakter fisik serta pertumbuhannya, rotan jernang membutuhkan
tegakan atau pohon yang akan berperan sebagai tempat merambat. Sehingga jarak
tanam rotan jernang menyesuaikan dengan jarak tanam tegakan pohon yang telah
ada.
Dengan memperhatikan sifat/karakteristik
tersebut, maka lahan penanaman untuk mengembangkan rotan jernang adalah :
1.
Hutan sekunder atau hutan bekas tebangan berumur sekitar 3 tahun pasca
penebangan/produksi.
2.
Hutan tanaman kayu pertukangan, setelah pohon berumur 7-10 tahun dengan tinggi
pohon sekitar 10 m.
3. Hutan
tanaman/kebun karet rakyat, berumur sekitar 5-7 tahun memiliki tinggi pohon
sekitar 10 m.
Populasi tanaman rotan jernang per hektar berkisar antara 500-800 rumpun
tanaman.
G.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman rotan jernang
dilakukan hingga tanaman berumur 2 tahun sejak penanaman dilapangan, dengan
kegiatan sebagai berikut :
·
Penyiangan
dan pendangiran
Penyiangan dilakukan dengan
membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman hingga radius 0,5 m
mengelilingi tanaman. Bersama dengan itu, perlu dilakukan pendangiran tanah
sekitar tanaman agar gembur sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman
secara optimal.
Dalam
melakukan pendangiran harus hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.
·
Pemupukan
Untuk
mendapatkan pertumbuhan yang optimal dari rotan jernang, perlu dilakukan
pemupukan 2 kali per tahun, yaitu pada awal dan akhir musim penghujan. Pada
tanaman dengan usia < 2 tahun, diperlukan ½-1 sendok makan urea atau ZA per
tanaman, ditaburkan kedalam rorak/lubang yang dibuat di sekeliling tanaman
rotan jernang.
Sedangkan
untuk tanaman yang sudah dewasa/siap berproduksi, diperlukan 250-500 mg pupuk
NPK per tanaman. Disamping itu dapat juga ditambahkan dengan pupuk kandang/
kompos.
·
Pemangkasan
Pemangkasan/pruning
dilakukan terhadap pohon tempat merambat tanaman rotan jernang. Yaitu dengan
cara memangkas cabang-cabang pohon tempat merambat, sehingga tanaman rotan
jernang mendapat intensitas cahaya matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan
secara periodik hingga tanaman rotan jernang berumur 2-4 tahun.
·
Pengendalian
Hama/Penyakit
Penyakit
tanaman yang sering menyerang rotan jernang, antara lain penyakit busuk leher
batang dan bercak kecoklatan yang sering dijumpai pada bibit tanaman di
pesemaian. Untuk mencegahnya dilakukan dengan cara menghindari terjadinya
genangan air disekitar titik tanam atau dengan melakukan penyemprotan fungisida
seminggu sekali.
Sementara itu hama yang
perlu diwaspadai adalah penggerek batang/pucuk (Rynchophorus dan Macrocyrus)
dan penggerek pucuk (Artona catoxantha) serta hama kumbang daun.
PANEN DAN PASCA PANEN
A.
Waktu Panen
Buah rotan jernang panen pertama kali pada umur 5-7 tahun. Rotan jernang
berbuah sepanjang tahun, akan tetapi panen raya berlangsung antara bulan September-Oktober.
Di sekitar ruas batang akan keluar sekumpulan tangkai buah. Satu pohon akan
memiliki 5-8 tangkai buah. Satu batang tanaman rotan pada usia produktif dapat
menghasilkan buah 10 kg.
B.
Cara Pemanenan
Pemungutan buah rotan jernang dilakukan
dengan cara sederhana, yaitu dengan cara dilunduh, dan dikumpulkan dalam wadah.
Pemanenan buah rotan jernang dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan
galah atau memanjat pohon tempat rotan tersebut merambat.
Buah rotan jernang dipanen saat buah
belum masak penuh, atau kira-kira berumur 3 bulan sejak terjadinya penyerbukan.
Buah siap panen masih diselimuti kulit buah dan belum sampai puncak matang buah
dengan ciri warna kemerahan.
C.
Pengolahan Pasca Panen
Proses pengolahan buah rotan jernang
hingga menghasilkan getah jernang/resin dapat dilakukan dengan cara basah dan
kering. Pengolahan getah jernang secara tradisional biasannya membutuhkan waktu
4-5 hari.
Buah rotan setengah tua hasil panen
diangin-anginkan selama 3 hari. Selain itu buah dimasukkan kedalam keranjang
untuk ditumbuk. Setelah ditumbuk dan keluar serbuk getahny ditampung dalam
plastik. Rendemen yang dihasilkan sekitar 20%, dimana 5 kg buah rotan jernang
dapat menghasilkan getah sebannyak 1 kg. Pada umumnya diperlukan 7-8 kg buah
rotan jernang.
Secara lebih rinci, metode sederhana
pengolahan getah jernang dengan cara basah, cara kering I dan cara kering II,
adalah sebagai berikut :
·
Pengolahan
getah jernang cara basah
Pengolahan
getah jernang cara basah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-
Buah
rotan jernang yang terkumpul tanpa tandan dimasukkan dalam keranjang.
-
Keranjang
yang telah diisi buah jernang dimasukkan kedalam kaleng yang telah diisi air.
-
Buah
rotan jernang dalam kaleng tersebut ditumbuk pelan-pelan sehingga getah jernang
keluar dan mengendap didasar kaleng.
-
Air
dalam kaleng dibuang dan getah jernang yang mengendap diambil, kemudian dijemur
beberapa hari atau dipanasi dengan api. Biasanya sebelum dikeringkan getah
jernang dibentuk menjadi pipi agak kecil agar mudah kering.
-
Setelah
kering, getah jernang disortir menurut besarnya. Kemudian dipak dengan dedaunan
dan disimpan atau langsung dijual.
·
Pengolahan
getah jernang cara kering I
Pengolahan
getah jernang cara kering I dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-
Buah
rotan jernang yang terkumpul dan dilepas dari tandannnya dijemur pada panas
matahari selama 3 hari atau sampai buahnnya mengkerut.
-
Buah
yang sudah kering dan mengkerut ditumbuk agar getahnya keluar.
-
Getah
jernang yang keluar diayak dan disiram air panas sehingga berbentuk adonan.
·
Getah
jernang yang telah membentuk adonan dibuat sortimenn sesuai dengn keinginan
(silinder, bulat kecil, pipih dan lain-lain).
·
Pengolahan
getah jernang cara kering II
Pengolahan
getah jernang cara kering 2 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Buah
rotan jernang dijemur pada panas matahari selama 3-4 hari sampai kering dan
mengkerut.
- Buah
yang telah kering dimasukkan dalam keranjang dan dicampur dalam kulit kerang.
- Keranjang
yang berisi buah jernang tersebut digantung setinggi kurang lebih 1 m, kemudian
diguncang-guncang. Akibat guncangan tersebut, maka bagian partikel yang
kecil-kecil akan jatuh dan ditampung dengan tikar atau wadah yang lain.
- Partikel
yang terkumpul dimasukkan dalam kantong yang terbuat dari kain, kemudian
dimasukkan dalam air panas dan ditekan untuk mendapatkan gumpalan getah
jernang.
- Gumpalan
getah jernang dikeluarkan dan dijemur atau dibiarkan sampai mengeras, kemudian
dibungkus dan dijual.
ANALISIS USAHA TANI BUDIDAYA ROTAN JERNANG
Analisis
usahatani budidaya rotan jernang untuk luasan 1 ha, adalah sebagai berikut :
A.
Biaya
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
budidaya rotan jernang adalah sebagai berikut :
Tabel
2. Jenis-Jenis Biaya dalam Budidaya Rotan Jernang
No
|
Uraian
Kegiatan
|
Jlh
|
Unit
|
Biaya
Satuan (Rp)
|
Jumlah
Biaya (Rp)
|
I.
|
PEMBIBITAN
|
||||
1.
|
Pembelian
Bibit
|
500
|
Biji
|
800
|
400.000
|
2.
|
Polibag(12x15)
cm
|
8
|
Kg
|
15.000
|
120.000
|
3.
|
Cairan
perangsang tumbuh (atonik 300 ml)
|
1
|
Botol
|
50.000
|
50.000
|
4.
|
Paranet
65%
|
2
|
M
|
15.000
|
30.000
|
5.
|
Pembuatan
pagar
|
1
|
Paket
|
300.000
|
300.000
|
6.
|
Upah
pembuatan pagar
|
1
|
Paket
|
50.000
|
50.000
|
7.
|
Upah
pengisian media dan tanam
|
500
|
Buah
|
250
|
125.000
|
8.
|
Plastik
kaca
|
1
|
Kg
|
8.000
|
8.000
|
JUMLAH
I
|
1.083.000
|
||||
II.
|
PERSIAPAN
LAHAN
|
||||
9.
|
Upah
pembersihan lahan
|
1
|
Ha
|
300.000
|
300.000
|
10.
|
Upah
ajir & pemb lubang tanam
|
1
|
Ha
|
300.000
|
300.000
|
11.
|
Upah
penanaman
|
1
|
Ha
|
300.000
|
300.000
|
JUMLAH
II
|
900.000
|
||||
III.
|
PEMELIHARAAN
|
||||
12.
|
Upah
penyiangan selama 6 tahun
|
6
|
Kali
|
250.000
|
1.500.000
|
13.
|
Pemupukan
I
|
250
|
Kg
|
4.000
|
1.000.000
|
14.
|
Pemupukan
II
|
250
|
Kg
|
4.000
|
1.000.000
|
15.
|
Upah
pemupukan
|
2
|
Kali
|
250.000
|
500.000
|
16.
|
Kawat
duri
|
500
|
M
|
2.000
|
1.000.000
|
JUMLAH
III
|
5.000.000
|
||||
IV.
|
PEMANENAN
|
||||
17.
|
Upah
panjat
|
2
|
OH
|
300.000
|
600.000
|
JUMLAH
IV
|
600.000
|
||||
V.
|
PERSIAPAN
ALAT
|
||||
18.
|
Gerobak
dorong
|
10
|
Buah
|
190.000
|
1.900.000
|
19.
|
Temblang
|
15
|
Buah
|
10.000
|
150.000
|
20.
|
Sprayer
|
1
|
Buah
|
300.000
|
300.000
|
21.
|
Pompa
air
|
1
|
Buah
|
500.000
|
500.000
|
JUMLAH
V
|
2.850.000
|
||||
TOTAL
BIAYA
|
10.433.000
|
B.
Penerimaan
Dengan asumsi harga getah jernang
kualitas 1 (meson) Rp. 550.000 per kg dan kualitas 2 (cengkarok) Rp. 250.000
per kg, maka untuk setiap 1 ha lahan diperoleh penerimaan :
1.
Kualitas 1 : 100 kg x Rp. 550.000
= Rp. 55.000.000,-
2.
Kualitas 2 : 100 kg x Rp.
250.000 = Rp. 25.000.000,-
Jumlah = Rp. 80.000.000,-
C.
Pendapatan
Pendapatan =
Penghasilan – Biaya
= Rp
(80.000.000 – 10.433.000)
=
Rp. 69.567.000,-
Bedasarkan perhitungan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pendapatan dari usaha budidaya rotan